Jumat, 22 Oktober 2010
Barcelona - Sukses timnas Spanyol dalam dua tahun belakangan jelas tak lepas dari peran para bintangnya serta filosofi sepakbola indahnya. Namun jika dirunut ke belakang, apa yang sudah dicapai La Furia Roja juga andil besar Luis Aragones.
Punya segudang pemain berkualitas, liga yang masuk dalam tiga besar di dunia dan dua klub raksasa Real Madrid serta Barcelona, ternyata tak cukup untuk membuat Spanyol perkasa di percaturan sepakbola dunia.
Selain gelar Piala Eropa 1964, prestasi terbaik Spanyol lainnya adalah finis di urutan keempat pada Piala Dunia 1950 di Brasil. Selebihnya Spanyol selalu gagal jadi yang terbaik di putaran final dan mendapat julukan 'Tim Spesialis Kualifikasi'.
Namun demikian semua itu berubah ketika Aragones datang pada tahun 2004. Tak langsung bertuah memang sentuhan Aragones karena di Piala Dunia 2006 langkah 'Tim Matador' harus terhenti di fase 16 besar oleh Prancis.
Barulah sesudah itu laju Spanyol seperti tak tertahankan. Sejak kekalahan dari Rumania 0-1 dalam partai persahabatan, mereka memegang rekor dunia dalam 35 laga tak terkalahkan sejak tahun 2007 hingga 2009. Tangan dingin Aragones pun baru berbuah pada tahun 2008.
Fernando Torres dkk berhasil merengkuh trofi Piala Eropa keduanya serta menghapus kutukan tak pernah bisa jadi juara. Keberhasilan Aragones saat itu salah satunya ialah mampu menghapus faktor perbedaan suku yang ada di tim tersebut.
Seperti diketahui para pemain Spanyol itu terdiri dari suku Castilla (Madrid), Basque, Catalan, Andalusia dan Asturian. Dan Basque serta Catalan itu adalah kelompok masyarakat pembangkang yang selalu menentang pemerintah pusat yakni Madrid.
Aragones mengundurkan diri dan digantikan Vicente Del Bosque. Sempat diragukan karena gagal di Piala Konfederasi dan kalah dari Swiss di laga pembuka Piala Dunia 2010, Del Bosque membuktikan dia adalah pelatih jempolan dengan membawa Spanyol merengkuh titel juara dunia untuk pertama kalinya.
Sebuah sukses besar tentunya bagi timnas Spanyol yang selama ini selalu dianggap underachiever dan ini membuktikan bahwa mereka pun mampu berprestasi. Jika ada yang harus diberikan apresiasi atas pencapaian tersebut, dialah Aragones.
Pelatih 72 tahun yang mendapat julukan 'Pria Bijak dari Hortaleza' itu dianggap sosok yang menaruh fondasi permainan Spanyol saat ini. Ia juga yang mengubah pola permainan sebagian besar punggawa tim termasuk Xavi Hernandez yang saat ini dianggap sebagai playmaker top dunia.
"Luis (Aragones) meyakini kami semua bahwa kami bisa bersaing (dan merebut gelar juara). Gaya bermainku pun berubah karenanya. Aku sangat berterima kasih pada Aragones yang telah menumbuhkan kepercayaan diriku serta rekan-rekan di tim Spanyol," sahut Xavi dalam wawancara dengan Marca.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar