Minggu, 05 Desember 2010
Munich - Penunjukkan Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022 memunculkan kekhawatiran terkait temperatur tinggi negara tersebut. Muncul usulan untuk menggelar event tersebut di bulan Januari-Februari.
Qatar akan menjadi negara Asia ketiga yang terpilih untuk menggelar Piala Dunia 2002. Dalam voting yang dilakukan FIFA dua hari lalu, negara Timur Tengah tersebut mengalahkan Amerika Serikat, Australia, Jepang dan Korea Selatan.
Penunjukan Qatar sebagai tuan rumah kemudian menimbulkan pertanyaan terkait temperatur udara di negara tersebut yang sangat tinggi. Apalagi Piala Dunia digelar pada periode Juni-Juli, di mana Qatar justru tengah menjalani musim panas, bisa mencapai 40 derajat celcius lebih.
Dengan teknologi yang dimiliki, pihak Qatar sebelumnya sudah menjanjikan kalau suhu di atas lapangan akan berada pada kisaran 25 derajat celcius. Namun anggota komite eksekutif FIFA, Franz Beckenbauer, mengusulkan untuk menggeser waktu penyelenggaraan.
"Solusi lain harus dipikirkan. Pada Januari atau Februari Anda akan mendapatkan suhu udara 25 derajat celcius yang nyaman di sana. Rencana untuk liga-liga besar harus berubah untuk tahun 2022, tapi itu bukan sesuatu yang besar," sahut Beckenbauer pada Bild seperti dikutip dari AFP.
"Penggunaan teknologi pengatur iklim adalah sebuah alternatif untuk stadion dan fanzone," lanjut pria yang sebagai pemain mengantar Jerman Barat jadi juara dunia 1978 dan sebagai pelatih di tahun 1990.
Qatar belum pernah sekalipun lolos ke putaran final Piala Dunia. Penyelenggaraan di negara tersebut sekaligus menjadi yang pertama dihelat di Timur Tengah dan negara-negara Arab.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar