Senin, 05 Juli 2010

- Jerman di Jalur Musuh-Musuh Bebuyutan

Jakarta
- Secara historis di kancah sepakbola Jerman memiliki tiga musuh bebuyutan. Dua di antaranya sudah mereka hempaskan. Ditambah Spanyol, akankah Der Panzer bertemu semua rivalnya itu?

Inggris adalah musuh bebuyutan Jerman yang paling sengit. Final Piala Dunia 1966 memulai rivalitas itu, ketika sebuah gol Geoff Hurst, yang kemudian dikenal sebagai "Gol Hantu", menjadi kontroversi berdekade-dekade.

Sejak itu pertemuan Jerman-Inggris selalu dinanti-nantikan orang. Jerman selalu mengungkit-ungkit luka abadi itu, dan ketika berhasil mengalahkan Inggris, kemenangan itu selalu dirasakan lebih.

Maka ketika Miroslav Klose dkk melumat "Tiga Singa" di babak perdelapan final pekan lalu, ditambah tidak disahkannya gol Frank Lampard yang memantul mistar gawang dan melewati garis gawang Manuel Neuer, hal itu benar-benar membuat puas anak-anak Berlin.

4-1 adalah skor yang fantastis, membalas kekalahan telak 1-5 yang mereka derita di Munich pada September 2001.

Kemenangan lebih telak lagi, 4-0, atas Argentina juga merupakan sebuah cara yang bikin puas orang Jerman. Sama seperti Inggris, Argentina adalah musuh bebuyutan Jerman -- walaupun tingkat "kebenciannya" tidak seperti Inggris kontra Argentina, yang bahkan dikait-kaitkan ke urusan politik dalam bentuk Perang Malvinas dan sebagainya.

Jerman-Argentina adalah bebuyutan yang "teknis". Mereka berduel di dua final Piala Dunia berturut-turut. Di Meksiko 1986 superioritas Argentina dan Diego Maradona-nya tak mampu dibendung Karl-Heinz Rummenigge, Pierre Littbarski, Rudy Voeller, Lothar Matthaeus. "Tango" menang 3-2.

Empat tahun kemudian di Italia, Jerman membalas kekalahan itu dan menjadi juara. Ada kontroversi terjatuhnya Voeller di kotak penalti Argentina, yang membuat Andreas Brehme menjadi penentu kemenangan dari titik penalti. Maradona menangis di tengah lapangan, Matthaeus, Juergen Klinsmann, Thomas Haessler dkk, menari-nari disutradarai Franz Beckenbauer.

Empat tahun lalu adalah salah satu rivalitas terburuk di antara mereka. Setelah Jerman menang adu penalti di babak perempatfinal, terjadi perkelahian massal yang melibatkan pemain dan ofisial. Maxi Rodriguez tampak begitu bernafsu untuk menyerang manajer Jerman Oliver Bierhoff. Torsten Frings membela, dan situasi benar-benar panas.

Maka, seperti disebutkan di atas, kemenangan 4-0 Bastian Schweinsteiger cs atas Lionel Messi dan rekan-rekan malam Minggu kemarin adalah sebuah kemenangan yang fenomenal buat Jerman.

Hari Rabu lusa Jerman akan bertemu rivalnya yang "bungsu". Spanyol. Gampangnya, Spanyol-lah yang menjegal Jerman di final Piala Eropa 2008. Gol tunggal Fernando Torres ke gawang Jens Lehmann membuat Jerman harus puas sebagai runner up.

Pengalaman dua tahun lalu itu pasti akan menjadi motivasi tambahan untuk Jerman saat melakoni pertandingannya lagi dengan "Matador". Kemenangan tak hanya mendorong mereka ke final, tapi juga membayar kekalahan di Wina, Austria, itu.

Nah, apabila Jerman bisa mengatasi Spanyol, mereka punya kemungkinan pula berjumpa dengan musuh bebuyutannya yang lain, Belanda, jika tim tersebut mampu melewati Uruguay di laga semifinal.

Jerman-Belanda pernah menyulut kontroversi terpanas di Piala Dunia 1990, yang melibatkan Voeller dan Frank Rijkaard. Voeller, yang lebih dulu dimarahi kiper Hans van Breukelen karena mencoba diving di kotak penalti, dijewer dan ditarik rambut keritingnya oleh Rijkaard. Keduanya diusir dari lapangan oleh wasit, dan Rijkaard meludahi rambut Voeller.

Jerman memenangi pertandingan panas itu dengan skor 2-1, via gol Brehme dan Klinsmann -- Belanda memperkecil skor melalui Ronald Koeman. Itu membalas kekalahan mereka dengan skor yang sama di semifinal Piala Eropa 1988, yang dijuarai Belanda.

Rivalitas Jerman-Belanda tentu saja "dimulai" di Piala Dunia 1974, ketika Jerman dan Beckenbauer-nya menjadi tim yang mampu menahan gelombang Total Football-nya Johan Cruyff, dan mengalahkan mereka di final dengan skor 2-1.

Akannkah Jerman kembali bertemu rival lamanya itu? Tentu saja, itu hanya terjadi kalau keduanya bisa lebih dulu mengalahkan lawan-lawannya di semifinal. Dan Jerman khususnya, terlebih dulu harus meladeni Spanyol, yang menjungkalkan mereka di final Euro 2008.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar