Ketika Slepp Blatter mengumumkan Piala Dunia edisi ke-19 akan di gelar di Afrika Selatan, seluruh penduduk Afrika bersorak khusunya Afrika Selatan. Sejarah sepak bola Afrika akan tercipta. Setelah dalam 18 penyelenggaraan Piala Dunia sebelumnya, benua Eropa dan Amerika selalu mendominasi. Benua Eropa mendominasi dengan sepuluh kali menjadi tuan rumah, dan tujuh kali diselenggarakan di benua Amerika. Bahkan Asia telah sekali memenangkan perebutan tuan rumah Piala Dunia pada tahun 2002.
Penunjukan Afrika Selatan sebagai tuan rumah untuk turnamen sebesar Piala Dunia tidak hanya sebuah kemenangan bangsa Afrika. Namun menjadi sebuah momentum bahwa sepak bola tak hanya diselenggarakan di tiga benua. Memang, banyak pihak menyangsikan kualitas Afrika Selatan menjadi tuan rumah. Tingkat ekonomi benua Afrika hanya dianggap sebagai negara dunia ketiga. Hal itu bukan tanpa alasan. Fasilitas infrastruktur sepak bola di Afrika Selatan tak sebaik Eropa maupun Amerika, bahkan masih kalah dengan Jepang dan Korea. Apalagi tingkat kejahatan di Afrika Selatan lumayan tinggi.
Adalah Danny Jordaan selaku CEO Piala Dunia Afrika Selatan 2010. Pria tambun ini berjanji akan memastikan penyelenggaran Piala Dunia di negaranya berjalan sesuai jadwal. Setelah sempat terkendala dalam pembangunan infrastruktur sepak bola seperti stadion-stadion berstandar internasional, hampir saja Australia mengusulkan agar Piala Dunia dipindahkan ke negeri kangguru. Mengingat sempat terjadi kasus pemogokan pekerja pembangunan stadion di Afrika Selatan tahun lalu. Namun, kini semua itu tinggal catatan. Afrika Selatan membuktikan diri sanggup menyelesaikan semua persiapan dalam tenggat waktu yang diberikan FIFA. Bahkan penjualan tiket yang diperkirakan akan seret, ternyata cepat ludes terjual.
Jika kita menengok ke belakang, sejak Fabio Cannavaro mengangkat trofi Piala Dunia di Berlin empat tahun silam, FIFA telah menyelenggarakan pertandingan-pertandingan babak kualifikasi guna menentukan siapa saja negara yang berhak mendapatkan tiket di Afrika Selatan. Banyak kejutan yang terjadi dalam babak kulaifkasi selama tiga tahun lebih tersebut.
Di zona UEFA, catatan paling menarik adalah lolosnya runner-up Piala Dunia terakhir, Perancis setelah melaui babak play-off melawan Irlandia. Dalam pertandingan kedua di Perancis, handsball Thiery Henry mengantarkan negeri Presiden UEFA Michel Platini ke Afrika Selatan. Sebuah skandal memang. Tapi itulah sepak bola. Penuh warna, yang menjadikan tontonan ini akan selalu menarik bagi seluruh manusia di muka bumi.
CONMEBOL atau zona Amerika Selatan cenderung stabil. Hanya Argentina yang sempat terseok-seok pada babak akhir kualifikasi. Namun tangan dingin Maradona sanggup meloloskan Messi cs tanpa harus melalui babak play-off. Chili yang diguncang gempa malah sanggup menjadi runner-up, menjadi tambahan cerita babak kualifikasi dari negeri telenovela ini.
CONCACAF mewakilkan cerita Meksiko. Pelatih Pantai Gading, Sven Goran Eriksson hampir membinasakan peluang el Tri ke Afrika Selatan setelah selalu menderita kekalahan sebelum akhirnya diselamatkan Javier Aguierre. Rafael Marquez cs pun bisa tersenyum lega.
AFC menjadi zona dengan banyak kejadian menarik. Australia yang gerah karena harus selalu melalui babak play-off akhirnya bergabung ke zona ini. Bisa ditebak, Negeri Kangguru melenggang mulus ke Afrika Selatan. Saudara kecil Australia, Selandia Baru malah ketiban untung. Negeri Pinguin ini sanggup lolos ke Afrika Selatan walau harus melalui babak play-off melawan Bahrain. Sementara, wakil-wakil tradisional dari Asia Barat seperti Arab Saudi dan Iran harus gigit jari karena kalah bersaing dengan wakil-wakil Asia Timur seperti Jepang, Korea Selatan dan tim kejutan Korea Utara. Zona Afrika atau CAF hampir gagal meloloskan Kamerun dan Nigeria. Namun pada pertandingan terakhir, dua negara tradisional Afrika ini sanggup membalikkan keadaan. Total 32 kontestan termasuk tuan rumah Afrika Selatan akan berjibaku menampilkan permainan impresif mulai Jumat, (11/6) ini.
Bagaimana dengan peluang juara? Spanyol yang menjadi raja Eropa menjadi favorit diurutan pertama disusul Brasil. Inggris, Jerman dan juara bertahan Italia menyusul dibelakangnya. Selanjutnya Argentina, Perancis dan Portugal.
Namun perlu diingat. Banyak pemain-pemain kunci yang batal tampil di Afrika Selatan. Banyak faktor yang bisa dijadikan alasan, seperti tidak masuk kriteria pelatih karena telah pensiun mapun ketidakcocokan dan faktor cedera. Untuk kriteria pertama, nama-nama dari juara bertahan Italia seperti Fransesco Totti, Alessandro Del Piero, serta Luca Toni harus keluar dari komposisi Marcello Lippi. Lalu para bintang muda Perancis; Karim Benzema dan Samir Nasri, ternyata tidak diikut sertakan Domenech. Fabio Capello pun enggan membawa pemain-pemain seperti Michael Owen, Paul Scholes serta Theo Walcott. Di benua Amerika Selatan, Maradona tidak membawa duet Inter Milan Javier Zanetti dan Esteban Cambiasso yang telah menjadi aktor kunci meraih treble winners musim ini bagi Inter Milan. Juara Eropa Spanyol ternyata masih melupakan pangeran Madrid Raul Gonzalez. Sementara Dunga dengan cueknya tak mengikut sertakan pemain terbaik dunia dua kali Ronaldinho. Ronaldo dan Adriano serta penyerang muda Alexander Pato pun luput dari ajakan Dunga. Di kubu tuan rumah Afrika Selatan pun mencoret nama Benny McCarthy dari skuad Piala Dunia. Untuk kriteria cedera, tercatat begitu banyak pemain harus absen. Mulai Michael Ballack (Jerman), Michael Essien (Ghana), John Obi Mikel (Nigeria), Rio Ferdinand (Inggris) dan terakhir Luis Nani (portugal). Meraka harus pasrah hanya menjadi penonton bagi rekan-rekannya.
Terlepas dari begitu banyaknya pemain bintang yang harus absen, Piala Dunia Afrika Selatan tetap akan menjadi pesta terbesar abad ini kalau boleh disebut, bagi benua hitam. Justru dengan banyaknya muka-muka baru, dipastikan setiap pertandingan akan semakin menarik. Terbukti dalam beberapa laga pemanasan terakhir, Peracis bisa tumbang dari tim Asia yang gagal ke Afrika Selatan, China. Lalu juara bertahan Italia harus takluk dari Meksiko. Spanyol pun ternyata juga bisa dibuat kalang kabut oleh Arab Saudi yang notabene bukan kontestan Piala Dunia. Kejutan dipastikan akan lahir dari negara-negara Afrika. Besar harapan para pecinta bola bahwa akan lahir jawara baru.
Jadi, mari kita sambut sejarah Piala Dunia, sejarah Afrika, sejarah sepak bola.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar