Selasa, 04 Januari 2011
Jakarta - Ketidaksetujuan terhadap gelaran Piala Dunia 2022 di pertengahan tahun kembali muncul. Kali ini Phillipp Lahm yang menilai bila turnamen itu digelar di musim panas merupakan hal yang gila.
Secara tradisi, Piala Dunia digelar pada bulan Juni hingga bulan Juli, di mana ketika itu kompetisi antarklub telah berakhir. Namun tradisi itu bisa saja putus di tahun 2022.
Pasalnya banyak pihak yang menyatakan keberatannya bila Piala Dunia 2022, yang dilangsungkan di Qatar, digelar pada pertengahan tahun. Faktor cuaca menjadi sebab utama.
"Sungguh tidak menyenangkan menjalani musim panas dengan suhu di atas 40 derajat celcius. Tidak bisa saya bayangkan," ujar Phillipp Lahm dilansir dari Reuters.
Kapten timnas Jerman tersebut menyatakan bahwa menggelar Piala Dunia 2022 di pertengahan tahun merupakan hal yang gila. "Suhu di Qatar bakal mencapai 40 derajat celcius di malam hari dan kelembaban sangat tinggi. Kondisi itu benar-benar menguras tenaga dan itu gila," tandas Lahm.
Pemain berusia 27 tahun itu pernah memiliki pengalaman tampil di Timur Tengah, yakni saat memperkuat Jerman menghadapi Uni Emirat Arab di Dubai, Juni 2009. Ketika itu Der Panzer menang 7-2.
"Yang jelas saya gembira karena saya tidak perlu bermain di Piala Dunia 2022 sebagai pemain aktif," tuntas Lahm.
Sebelum Lahm, sejumlah pihak sudah menyatakan keberatan terhadap Piala Dunia 2022 bila digelar di pertengahan tahun, salah satunya asosiasi pemain profesional FIFPro.
Persoalan cuaca coba diantisipasi oleh panitia dengan rencana menyediakan stadion ber-AC.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar